Kagum akan keindahan Lamin Guntur Ecolodge, Martina Kilat – Istri wakil bupati bulungan : “Bisa jadi inspirasi untuk Bulungan”

redaksi

TANJUNG REDEB — Meski perjalanan menuju objek wisata Lamin Guntur Ecolodge menempuh jarak hingga ratusan kilometer dari Samarinda, kelelahan panjang itu langsung terbayar lunas oleh pemandangan alam yang memukau di Desa Teluk Sumbang, Kecamatan Biduk-Biduk, Kabupaten Berau.

Destinasi yang berada sekitar 453 kilometer dari Ibu Kota Provinsi Kalimantan Timur tersebut menyuguhkan keindahan pantai berpasir putih, laut biru yang jernih, hingga keelokan budaya Dayak yang terpatri dalam setiap sudut bangunan Lamin Guntur Ecolodge.

Keelokan itu pula yang membuat Martina Kilat, S.Sos, istri Wakil Bupati Bulungan, terkesima dalam kunjungan perdananya ke Lamin Guntur Ecolodge.

“Ada keindahan yang luar biasa tersembunyi di sini. Lamin Guntur bukan hanya soal wisata alam, tetapi juga wisata budaya yang sangat kaya. Saya berharap keindahan seperti ini bisa menjadi inspirasi dan bahkan bisa ‘dicopy paste’ ke Kabupaten Bulungan,” kata Martina, Sabtu (12/7/2025).

Martina bahkan mengajak masyarakat Bulungan untuk menjadikan Lamin Guntur sebagai salah satu destinasi alternatif liburan panjang maupun akhir pekan.

“Ayo ke Lamin Guntur. Selain liburan, tempat ini juga cocok untuk studi tiru. Mereka tidak hanya menawarkan panorama alam, tetapi juga kekayaan budaya etnis yang luar biasa,” ujarnya bersemangat.

Baca juga  Komunitas Sahabat Kilat Serahkan Bantuan Tong Sampah untuk PKL Tepian Sungai Kayan

Lamin Guntur Ecolodge memang bukan sekadar penginapan. Melansir Antara, destinasi ini ibarat gerbang menuju keindahan Kalimantan Timur yang kerap terlupakan. Hamparan pasir putih, batu karang yang kokoh menjorok ke laut, hingga Gua Kelelawar yang misterius menjadi daya tarik tersendiri.

Bahkan, keindahan gua yang dipenuhi ribuan kelelawar kerap menjadi latar fotogenik para wisatawan, dengan siluet dramatis saat cahaya matahari menembus celah bebatuan.

“Rasakan berdiri di pantai dengan pasir putih yang lembut di kaki, sambil menikmati birunya laut dan hijau pepohonan kelapa yang melambai. Ini benar-benar memanjakan mata dan jiwa,” ungkap seorang pengunjung, Buyan, yang juga Manajer Lamin Guntur Ecolodge.

Keistimewaan Lamin Guntur bukan hanya terletak pada panorama alamnya. Ia menyimpan kisah penuh cinta dari pendirinya, Ronald Lolang, seorang produser film nasional era 1970–1980-an yang kemudian memilih mempersembahkan tempat ini sebagai wujud cinta pada sang istri tercinta.

Baca juga  Harmonisasi Eksekutif dan Legislatif Usai Lebaran, Wakil Ketua DPRD Bulungan Sambangi Wabup Kilat di Hari Pertama Kerja

Nama “Lamin” sendiri berarti rumah panjang dalam bahasa Dayak, sedangkan “Guntur” diambil dari nama tokoh penting masyarakat Dayak Basap, yakni Raja Guntur Moalam, sebagai bentuk penghormatan terhadap budaya dan leluhur setempat.

“Sejak awal, kami memiliki komitmen kuat untuk memberdayakan masyarakat lokal,” kata Buyan dengan semangat.

Sebagian besar pekerja di Lamin Guntur Ecolodge adalah putra-putri suku Dayak Basap. Dari staf manajemen, karyawan, hingga para pelaku UMKM lokal yang menjajakan kerajinan tangan maupun kuliner khas, semuanya dilibatkan dalam menggerakkan roda ekonomi pariwisata.

“Niat awal kami sangat jelas, yaitu melestarikan budaya lokal sekaligus meningkatkan taraf hidup masyarakat,”imbuh Buyan.

Wisatawan yang menginap di Lamin Guntur Ecolodge tidak hanya disuguhi cottage dengan arsitektur khas kayu kelapa dan ukiran Dayak, tetapi juga diajak menyelami budaya melalui pertunjukan tari, musik tradisional, hingga mencoba permainan rakyat seperti menyumpit atau bermain egrang.

Baca juga  Ibadah KKR Perkauan GKII Teluk Selimau Berjalan Penuh Sukacita, Angkat Tema “Pengorbanan Yesus Kristus yang Menyelamatkan Dunia”

Tak jarang, Lamin Guntur Ecolodge menjadi tuan rumah festival adat Dayak Basap, memberikan pengalaman wisata yang sarat makna budaya.

“Lamin Guntur bukan hanya tempat berlibur, tetapi rumah bagi tradisi, ruang kolaborasi, dan cerminan harmoni antara manusia dengan alam,” tutur Buyan.

Kehadiran Lamin Guntur Ecolodge menjadi contoh nyata bagaimana keindahan alam dapat dikelola secara berkelanjutan, sekaligus mengangkat budaya lokal dan meningkatkan perekonomian masyarakat. Tak heran, destinasi ini kini menjadi primadona bagi wisatawan yang ingin merasakan keaslian Bumi Borneo.

Dengan kesan mendalam yang dibawa Martina Kilat, harapan besar pun tumbuh agar Bulungan dapat belajar dari Lamin Guntur dalam mengembangkan destinasi wisata berbasis alam dan budaya.

“Semoga keindahan seperti ini bisa kita wujudkan di Bulungan. Ini bukan hanya soal pariwisata, tetapi juga soal kebanggaan budaya dan kesejahteraan masyarakat,” pungkas Martina Kilat. (***/dni)

Baca juga

Tags

Ads - Before Footer