TAK dapat dipungkiri, saat ini sektor pertanian di Satuan Pemukiman (SP) 6 B Desa Tanjung Buka, Kecamatan Tanjung Palas Tengah, Bulungam menggeliat.
Padahal, sebelumnya sektor tersebut sempat lumpuh. Hal itu terjadi akibat tidak adanya pembangunan tanggul irigasi.Hal ini pun dibenarkan oleh Ketua RW 006 SP 6 B, Suminto. Ia mengatakan, pembangunan tanggul di area lahan pertanian ini sangat vital. Hal tersebut bisa mencegah terjadinya luberan air. “Di sini (SP 6 B) kan daerah pasang surut. Jadi, harus ada tanggul irigasi untuk mencegah terjadinya lumberan air,” kata Suminto, Senin (22/7).
Alasannya, karena dengan kondisi pasang surut, lahan pertanian milik warga tidak bisa tergarap secara maksimal. Sebab, ketika terjadi lumberan air, petani tidak bisa bercocok tanam. “Dalam satu bulan, kegiatan bercocok tanam tidak sampai seminggu,” keluhnya.
Alhasil, pengembangan tanaman hortikultura tidak maksimal. Tapi, berkat bantuan excavator dari Cheito Karno (Ashe). Kini lahan pertanian kembali menggeliat.”Awalnya, saya penempatan 2019. Baru sekarang ini lahan pertanian bisa tergarap maksimal, setelah adanya pembangunan tanggul,” bebernya.
Sebelumnya, ada pembangunan tanggul blok dari pemerintah. Namun, tidak berjalan maksimal, karena ada beberapa pintu air yang bocor.”Sekarang ini sudah ada beberapa titik yang bocor,” ungkapnya.Hal senada disampaikan Restu. Ia mengaku bahwa biaya perawatan sangat mahal sebelum adanya pembangunan tanggul. Karena membutuhkan perawaran ekstra.”Biaya untuk perawatan cukup mahal,” bebernya.
Namun, dengan adanya pembangunan tanggul produktivitas pertanian bisa lebih meningkat. “Sebelum ada tanggul banyak mengalami gagal panen,” bebernya.Pasalnya, setiap air pasang lahan pertanian warga kerap terjadi lumberan air. Dengan adanya pembangunan tanggul dan cetak sawah, petani lebih termotivasi untuk meningkatkan produktivitas.”Satu bulan pertumbuhan buncis sudah maksimal. Berbeda sebelum ada tanggul,” bebernya.
Owner Bulungan Mandiri Farm (BMF), Ashe mengatakan, bantuan excavator diberikan menindaklanjuti permohonan warga SP 6 B pada Juli 2023 untuk membangun tanggul. “Awal Agustus 2023, kami sudah menurunkan satu excavator ke SP 6 B,” ungkapnya.
Pekerjaan, sambung Ashe, dimulai dari jalur satu. Ini dilakukan karena kawasan SP 6 B ini relatif masih muda dan lahannya tidak bisa digarap secara maksimal akibat dampak pasang surut.”Jadi, banyak tamanan petani yang terendam,” bebernya.
Atas dasar itu, Ashe berinisiatif untuk membangun tanggul secara gratis. Bahkan, ia juga mengambil kebijakan untuk memberikan subsidi BBM Rp 500 ribu per kepala keluarga (KK).”Kita berharap lahan pertanian di SP 6 B ini bisa lebih maksimal. Sehingga, bisa memenuhi kebutuhan pangan di Bulungan,” harapnya.
Mengingat, saat ini Bulungan masih bergantung pada suplai beras dari Jawa dan Sulawesi. Jika kebutuhan pangan bisa terpenuhi maka secara tidak langsung akan menekan angka inflasi di daerah.”Perputaran ekonomi juga akan semakin baik,” ungkapnya.Menurutnya, kawasan SP 6 B ini perlu perhatian dari pemerintah. Pasalnya, secara geografis terpisah dengan SP lainnya.”Seperti Pulau Nusa Kambangan. Terisolir,” bebernya.
Hal ini terjadi karena tidak ada akses jalan yang menghubungkan antar SP 6 B dengan SP lainnya. Diharapkan, dengan adanya pembangunan tanggul dan perbaikan infrastruktur jalan, tidak ada warga transmigrasi yang kembali ke kampung halaman.”Kami ingin mensupport (mendukung) petani agar lebih semangat menggarap lahan pertaniannya,” pungkasnya. (adv)