Bulungan Mampu Tahan Laju Learning Loss Akibat Pandemi, Strategi Literasi Jadi Kunci Keberhasilan

redaksi

TANJUNG SELOR – Dampak pandemi COVID-19 terhadap dunia pendidikan sangat terasa, khususnya akibat penutupan sekolah yang berkepanjangan. Hal ini menyebabkan fenomena learning loss, atau hilangnya kemampuan belajar siswa. Studi Bank Dunia tahun 2020 menyebutkan, siswa Indonesia rata-rata kehilangan 9 bulan masa pembelajaran. Sementara itu, studi Kemdikbudristek tahun 2021 mencatat, siswa SD mengalami kemunduran kemampuan membaca setara 6 bulan pembelajaran.

Kondisi ini menuntut intervensi serius dari pemerintah pusat maupun daerah. Sebab, tanpa penanganan sistemik, learning loss dapat memicu dampak sosial dan ekonomi jangka panjang, termasuk menurunnya peluang kerja layak bagi lulusan sekolah akibat minimnya kompetensi dasar.

Namun, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara, menunjukkan hasil yang cukup membanggakan. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Kadisdikbud) Bulungan, Suparmin Setto, menyampaikan bahwa Bulungan berhasil menahan laju learning loss, bahkan menunjukkan capaian lebih baik dibanding tahun-tahun sebelum pandemi.

“Hasil pengukuran kemampuan membaca terhadap 16.757 siswa SD di Bulungan menunjukkan bahwa angka learning loss pada tahun 2022 tidak lebih buruk dari hasil pengukuran tahun 2017,” ungkap Suparmin saat menjadi narasumber webinar nasional bertajuk “Meluruskan Miskonsepsi Implementasi Kurikulum Merdeka” yang disiarkan secara daring oleh Kemdikbudristek, Kamis (21/7/2022).

Baca juga  Pisah Sambut Wakil Bupati Bulungan: Kilat, A.Md Resmi Melanjutkan Tongkat Estafet Ingkong Ala

Dalam kesempatan tersebut, Suparmin berbicara bersama Anindito Aditomo, Kepala Badan Standard, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemdikbudristek. Ia mengungkapkan bahwa kemampuan membaca rendah merupakan tantangan besar dunia pendidikan Indonesia sejak lama.

“Hasil Asesmen Kompetensi Siswa Indonesia (AKSI) tahun 2016 menunjukkan 46,83 persen siswa kelas IV SD secara nasional tidak terampil membaca. Di Kalimantan Utara, angkanya bahkan mencapai 60,67 persen,” jelasnya.

Menurutnya, seharusnya siswa sudah terampil membaca di kelas 3 SD. Merespons kondisi tersebut, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Bulungan bekerja sama dengan Program INOVASI untuk Anak Sekolah Indonesia dan LPMP Provinsi Kaltara meluncurkan program rintisan literasi kelas awal.

Program tersebut mengusung tiga strategi utama:

Peningkatan kapasitas guru melalui pelatihan dan pendampingan berbasis kelompok kerja guru (KKG).

Penyediaan buku cerita anak dalam jumlah besar.

Pemberian bantuan khusus bagi siswa yang teridentifikasi lamban membaca.

“Tiga strategi itu terbukti efektif. Hasil pengukuran kemampuan membaca tahun 2017 menunjukkan butuh waktu hingga kelas 3 SD agar 84 persen siswa lulus literasi dasar. Namun, di tahun 2019, 87 persen siswa kelas 2 sudah lulus literasi dasar,” terang Suparmin.

Baca juga  Pasca Dilantik di Istana Negara, Target Prioritas 100 Hari Kerja Syarwani-Kilat pada Program Pertanian Berkelanjutan

Meski terjadi penurunan akibat pandemi, capaian Bulungan tetap lebih baik dibanding data awal. Pada tahun 2022, jumlah siswa kelas 2 yang lulus literasi dasar menurun menjadi 72 persen, tetapi masih lebih tinggi 4 persen dibanding capaian tahun 2017 yang hanya 68 persen.

“Akibat pandemi COVID-19, memang ada penurunan. Tapi secara keseluruhan, kita berhasil menahan laju learning loss karena fondasi literasi kita sudah dibangun jauh hari sebelumnya,” tegasnya.

Ia menambahkan, pengalaman melaksanakan program rintisan literasi sejak 2017 menjadi modal utama Bulungan dalam menghadapi masa darurat pendidikan selama pandemi.

“Kami sudah terbiasa melatih guru untuk melakukan asesmen diagnostik, menyusun materi ajar berdasarkan kemampuan siswa (teaching at the right level), dan menerapkan pembelajaran terdiferensiasi. Itu semua sangat membantu saat pembelajaran dilakukan secara daring maupun terbatas,” ungkapnya.

Pengalaman tersebut kini menjadi bekal Bulungan dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka, yang secara nasional diluncurkan oleh Kemdikbudristek sebagai upaya pemulihan pembelajaran pasca pandemi.

Baca juga  Desa Wisata Mangkaban Sebawang Masuk 50 Besar ADWI 2024

Kurikulum Merdeka sendiri memiliki tiga karakteristik utama:

Pembelajaran berbasis proyek.

Fokus pada literasi dan numerasi.

Fleksibilitas guru dalam menyusun pembelajaran sesuai kemampuan siswa.

Menariknya, ketiga karakteristik tersebut telah lebih dulu diterapkan oleh guru-guru SD di Bulungan sejak tahun 2017 melalui pendekatan literasi dasar.

Sampai Juli 2022, tercatat 163 sekolah di Bulungan telah mendaftar untuk menerapkan Kurikulum Merdeka secara mandiri. Rinciannya:

155 sekolah memilih opsi Mandiri Belajar

9 sekolah Mandiri Berubah

3 sekolah Mandiri Berbagi

“Pengalaman ini pula yang akan kami gunakan untuk melakukan pemulihan pembelajaran dan mengimplementasikan Kurikulum Merdeka secara menyeluruh,” pungkas Suparmin.

Dengan pendekatan sistematis dan berbasis data, Bulungan menjadi salah satu daerah yang mampu meminimalkan dampak learning loss, dan kini siap melangkah lebih jauh dalam transformasi pendidikan pasca pandemi. (***/)

Baca juga

Tags

Ads - Before Footer