“Di mana pun saya berada, saya selalu bangga pakai Singal. Saya bawa Singal ke mana-mana. Tidur saja saya masih pakai Singal,” Zainal A Paliwang.
KALIMAT itu selalu diucapkan Gubernur Kaltara, Zainal A Paliwang setiap menghadiri momen kedinasan. Zainal Arifin Paliwang (ZAP) memang sangat bangga dengan salah satu ikat kepala khas suku Tidung tersebut. Sejak dilantik pada Senin, 15 Februari 2021 silam berbagai ornamen, batik, dan khas budaya asli Kaltara menjadi fokus utama ZAP dalam mengawali pembangunan Kaltara.
Ikat kepala yang biasa digunakan suku Tidung di momen tertentu itu eksis, dan menjadi salah satu aksesoris tambahan Aparatur Sipil Negara (ASN) di Kaltara. Seakan kurang lengkap melihat ZAP tanpa Sesingalnya. Sesingal yang selalu dikenakan ZAP mewakili berbagai motif batik Kaltara.UMKM Kaltara pun ikut bergerak. Bukan hanya eksis, Singal hingga perbatikan khas Kaltara mulai diminati ribuan ASN di Kaltara. Mulai dari pakaian dinas hingga ornamen gedung kedinasan, wajib meyertakan khas Kaltara.
The Power of Singal ini pun tak hanya di Kaltara, ZAP juga membawa Singal setiap kunjungan luar daerahnya. Tak lupa ia mengenalkan Singal, sekaligus memberikan Singal sebagai cinderamata kepada setiap pejabat yang berkunjung ke Kaltara.Singal menjadi kebanggan bagi ZAP. Kata dia, khas budaya yang ditinggalkan oleh leluhur wilayah ini patut dilestarikan hingga anak – cucu yang merupakan generasi penerus Kaltara.
Khas budaya Kaltara dianggapnya tak kalah dengan budaya lainnya. Maka dari itu, ia terus mendorong penggunaan khas Kaltara kepada seluruh masyarakat dan instansi pemerintah di Kaltara.“Beragam batik Kaltara yang bisa kita gunakan. Jadi, saya ingatkan sekaligus titip pesan kepada semuanya agar mencintai batik Kaltara. Baju perkantoran kalau bisa ada motif batik Kaltara-nya, semoga bisa diterapkan ke seluruh perkantoran yang ada di Kaltara,” terangnya beberapa waktu lalu.
Beragam motif batik Singal yang tak pernah luput digunakan ZAP, disebutnya sebagai salah satu identitas dan khas bagi Kaltara. Begitu juga dengan dirinya, bukan hanya dikenal dengan humble-nya tapi juga karena satu-satunya kepala daerah di Kaltara yang masih sangat konsisten menggunakan Singal. Baginya, Singal sudah menjadi bagian dari dirinya dalam menjalankan tugas di luar maupun di dalam Kaltara.“Dengan seringnya kita menggunakan produk khas Kaltara, kita juga membantu UMKM kita tumbuh. Produksi batik Kaltara, aksesoris, hingga singal yang biasa kita gunakan akan terus berputar. Saya apresiasi daerah dan perkantoran yang menyeragamkan batik Kaltara pada pakaian kedinasannya. Kita harus bangga dengan produk-produk khas Kaltara,” terangnya.
Singal merupakan ikat kepala khas suku Tidung pada zaman dahulu. Adapaun penyebutannya Sesingal merupakan perbedaan bentuk ikat kepala tersebut. Singal pada dahulunya menutup area kepala, sementara Sesingal tidak menutup bagian kepala, atau hanya kain yang diikat di kepala. Pada umunya, seseorang yang mengenakan Sesingal diartikan sebagai seorang laki-laki pemberani. Begitu juga dengan bentuk Sesingal atau arah dari Sesingal itu sendiri. Sesingal yang mengarah ke bagian kiri ditandai dengan seorang pemberani yang akan melakukan perburuan “ngayau”, dan jika Sesingal yang mengarah ke kanan, diartikan orang tersebut telah pulang dari perburuan.
Selain itu, Sesingal identik dengan penutup kepala suku Tidung dahulu sebelum mengenal kopiah. Kebiasaan menggunakan Sesingal tersebut terus dibawa hingga turun-temurun.Kini, Sesingal atau yang biasa disebut Singal menjadi salah satu aksesoris pakaian yang dikenakan disetiap ajang silaturahmi formal maupun non formal. Budaya mengenakan Singal ini kembali dibawa Gubernur Kaltara, Zainal A Paliwang dalam rangka mempertahankan budaya dan adat istiadat Kaltara.“Kita harus terus menjaga kebudayaan yang telah dibawa pendahulu di Kaltara. Generasi Kaltara selanjutnya juga harus bangga dengan Singal maupun budaya Kaltara,” pungkas Zainal A Paliwang. (nik/dha)