TANA TIDUNG – Pemkab Tana Tidung bersama Lembaga Adat Tidung (LAT) Kecamatan Sesayap Hilir menggelar penurunan Mahligai ke Ajung Berambang Padau Talu Dulu (Perahu Tiga Haluan) untuk selanjutnya sama sama dilarungkan atau dilepaskan (diberangkatkan) dari Pelabuhan Desa Sesayap menuju Pelabuhan Keramat, Tideng Pale, Kecamatan Sesayap, Senin (19/8).
Sebelum prosesi penurunan Mahligai dan pemberangkatan Ajung Berambang, terlebih dahulu digelar syukuran di Baloy Adat Tidung Sesayap Hilir. Hadir dalam acara tersebut semua lembaga ada yang ada di Tana Tidung, forkopimda, kepala OPD, ormas dan lainnya.
Setelah pembacaan ayat suci Alquran dan doa bersama, Pengiran Ibrahim Ali beserta istri Vamelia Ibrahim Ali menaiki Mahligai selanjutnya diarak menuju Pelabuhan Sesayap untuk menaiki Ajung Berambang Padau Talu Dulung bersama ketua lembaga adat Tidung, fokopimda dan lainnya.
Dengan tradisi adat Tidung, Ajung Berambang diberangkatkan dan berputar sekitar tiga kali mengarungi sungai di sekitar Sesayap Hilir. Keberangkatan Ajung Berambang tidak sendiri, sembari diiringi musik kulintang raja berangkat, Ajung Berambang yang terdiri dari tiga perahu yang diikat menjadi satu kesatuan ini juga diiringi puluhan perahu hias dari OPD dan desa.
Setelah berputar tiga kali di Sungai Sesayap Hilir, selanjutnya Ajung Berambang diberangkatkan ke Pelabuhan Keramat Tideng Pale untuk nanti akan disambut kembali oleh Bupati di Pelabuhan Keramat pada 21 Agustus 2024.
Bupati Tana Tidung Ibrahim Ali kepada media, mengatakan pegelaran tradisi penurunan dan pelepasan Mahligai Ajung Berambang ini sebagai bentuk komitmen Pemkab Tana Tidung yang ingin menjadi Tana Tidung sebagai kabupaten yang berbudaya dan memiliki adat istiadat.”Yang tentunya kita mengangkat dari filosofi tentang suku Tidung yang menjadi pribumi di Kabupaten Tanah Tidung,” terang Ibrahim Ali yang pada kegiatan ini membawa gelar Pengiran.
“Maka hari ini kita mulai mengangkat itu mulai dari prosesi penurunan Ajung Berambang yang menunjukkan cerita bahwa perpindahan dari desa tua atau kampung tua yang berada di desa Menjelutung yang dikenal dulu dengan Raja Benayuk, jadi pindah menggunakan salah satu media yang namanya perahu, nah itulah yang menjadi cikal bakal awal perahu yang dipakai orang Tidung yang disebut dengan Ajung Berambang Padau Talu Dulung,” sambung Ibrahim Ali.
Ini menunjukan, kata Ibrahim Ali, suku Tidung sudah ada di bumi Kalimatan khususnya di Provinsi Kalimantan Utara sejak 400 tahun yang lalu. Yang seiring waktu berpindah ke Sesayap, Malinau, Tarakan dan Nunukan.
“Ini lah yang menjadi cikal bakal kerajaan Tidung, dan hari ini Tana Tidung terbentuk dan harapan kita Kabupaten Tana Tidung lah yang mengangkat cerita tersebut menjadi kan sebuah cerita tentang budaya dan adat Tidung,” kata Ibrahim Ali.
Pelepasan Ajung Berambang mengawali proses adat, dan akan dilanjutkan nanti di prosesi acara puncak acara Tana Tidung syukuran dalam rangka HUT RI ke-79 dan HUT ke-17 KTT.”Saya mengundang masyarakat Tana Tidung, Kaltara bahkan Indonesia, untuk menyaksikan pegelaran seni budaya, dan adat Tidung,” ajak Ibrahim Ali.(adv/hdi)