TANJUNG SELOR, Penakaltara.Id – Di bawah cahaya rembulan purnama bulan Waisak, Kalimantan Utara bersatu dalam perayaan penuh makna Dharmasanti Waisak 2569 BE/2025. Perayaan ini bukan sekadar seremoni keagamaan, melainkan perwujudan kebijaksanaan yang menyinari kebhinnekaan dan keluhuran bangsa.

Peringatan detik-detik Trisuci Waisak jatuh pada 12 Mei pukul 23.55 WIB atau 13 Mei pukul 00.55 WITA, menjadi momen penuh haru bagi umat Buddha di seluruh Kalimantan Utara. Sejak pertengahan April, vihara-vihara di bawah naungan Sangha Theravada Indonesia telah menjalankan rangkaian Sebulan Penghayatan Dhamma. Kegiatan ini meliputi pembacaan Paritta, Dhammapada, meditasi, serta ceramah kebijaksanaan yang membumi.
Namun, di balik kegiatan spiritual itu, tumbuh pula gerakan sosial yang menyentuh hati:
Bantuan sosial untuk pemulung, penyapu jalan, dan warga terpinggirkan. Kunjungan kasih ke panti werdha, membawa senyum pada para lansia. Donor darah dan fangsen sebagai wujud cinta kasih tak bersyarat kepada semua makhluk.
Doa bersama dan pembersihan makam pahlawan lintas agama sebagai penghormatan bagi pejuang bangsa. “Inilah Dhamma yang hidup. Bukan hanya dibaca, tapi dirasakan lewat perbuatan,” ujar salah satu pengurus vihara.

Gerakan ini juga sejalan dengan arahan Dirjen Bimas Buddha Kemenag RI, bahwa Waisak bukan hanya seremoni, tapi sebuah ajakan untuk menghidupkan nilai-nilai Dhamma dalam kehidupan bermasyarakat.
Puncak perayaan Waisak akan digelar pada Sabtu, 17 Mei 2025, di Vihara Parama Sinar Borobudur, Kota Tarakan. Di vihara megah yang baru diresmikan ini, dua momen penting akan menjadi catatan sejarah:
Dharmasanti Waisak KBTI, yang dipimpin langsung oleh Y.M. Bhikkhu Sri Subhapanno Mahathera, Ketua Umum Sangha Theravada Indonesia.
Peresmian Vihara Parama Sinar Borobudur oleh Gubernur Kalimantan Utara, Dr. H. Zainal A. Paliwang, S.H., M.Hum., ditandai dengan penandatanganan prasasti dan peninjauan Pratima Buddha setinggi 8 meter yang berdiri megah di lantai dua Dhammasala.

Yang paling menyentuh dari perayaan tahun ini adalah kehadiran Pratima Buddha raksasa setinggi 8 meter. Patung ini bukan sekadar karya seni, melainkan doa yang menjelma menjadi bentuk. Terinspirasi dari kisah sebuah artefak Buddha kuno dari Kerajaan Kutai yang pernah hilang dalam kebakaran besar di Paris tahun 1931, Y.M. Bhikkhu Sri Pannavaro Mahathera bertekad membangkitkan kembali semangat spiritual Nusantara yang sempat terlupakan.
“Ini bukan hanya patung,” ungkap seorang sesepuh vihara. “Ini adalah doa yang berubah menjadi bentuk. Ini adalah jiwa Nusantara yang kembali membumi.”
Waisak di Kalimantan Utara menunjukkan bahwa agama bukan pemisah, tetapi pemersatu. Dalam provinsi yang kaya akan suku, agama, dan budaya, Waisak menjadi panggilan untuk kebersamaan dan keharmonisan.

Seperti ritual Pradaksina—mengelilingi Vihara dan Patung Buddha bersama-sama—perbedaan bukanlah batas, melainkan kekuatan untuk saling melengkapi.
“Mari, jangan hanya membaca kisah ini,” ajak seorang bhikkhu muda. “Hadirilah… Berdirilah bersama seluruh umat Buddha se-Kalimantan Utara. Ini adalah sejarah yang sedang ditulis. Dan Anda diundang menjadi bagian dari sejarah itu.”
Dengan semangat kebijaksanaan, kasih sayang, dan gotong royong, Dharmasanti Waisak 2025 menjadi penanda bahwa Kalimantan Utara tetap menjadi tanah damai tempat semua perbedaan menyatu dalam satu cahaya. (***/)
📣 Informasi Acara Puncak Waisak 2569 BE / 2025 M
📅 Tanggal: Sabtu, 17 Mei 2025
📍 Lokasi: Vihara Parama Sinar Borobudur, Kota Tarakan
🕘 Waktu: 18.00 Wita – Selesai
🎉 Acara: Dharmasanti Waisak KBTI Kalimantan Utara dan Peresmian Vihara Parama Sinar Borobudur.
Selamat Hari Raya Trisuci Waisak 2569 BE / 2025 M
Sabbe sattā bhavantu sukhitattā – Semoga semua makhluk berbahagia