BANDA ACEH – Hillary Bernassa, seorang atlet Korfball yang berlaga di PON XXI Sumut-Aceh, lahir di Yogyakarta pada 14 Januari 1998. Awal mula Hillary mengenal Korfball berasal dari ajakan teman-temannya. Meski berasal dari olahraga basket, Hillary dengan cepat menyesuaikan diri dengan Korfball, yang menurutnya memiliki kemiripan dalam aspek permainan.
Ia pertama kali mengikuti turnamen Korfball saat Porda di Yogyakarta pada 2022, di mana ia berhasil meraih medali perunggu. Keberhasilan tersebut menambah semangatnya untuk terus mendalami olahraga ini, meski awalnya hanya sekadar coba-coba.”Awalnya saya tidak tahu sama sekali tentang olahraga ini. Karena saya basic-nya basket, jadi saya diajak oleh teman-teman untuk mencoba Korfball. Ternyata menarik, dan saya jadi suka,” ujarnya.
Meskipun sempat vakum dari olahraga Korfball, Hillary kembali dipilih untuk mewakili Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dalam PON XXI. Menurutnya, Korfball memiliki keunikan tersendiri, terutama karena dimainkan secara campuran antara pemain putra dan putri. Ia merasa perbedaan ini memberikan keseruan tersendiri dibandingkan dengan basket, meskipun ia masih memiliki minat besar dalam olahraga basket.
Hillary menjelaskan bahwa ada beberapa kategori nomor dalam Korfball, dilihat dari jumlah pemain dan aturan di lapangan. K4 terdiri dari 2 pemain putra dan 2 pemain putri. Nomor yang dipertandingkan,K4 1 korf, K4 2 korf dan K8. Untuk K8 terdiri dari 4 putra dan 4 putri yang berada di dalam lapangan. “Di Jogja sendiri, olahraga Korfball berkembang cukup pesat, meski masih belum sepopuler basket,” jelasnya.
Ia juga menambahkan bahwa meskipun batas usia untuk pemain basket di turnamen umumnya hanya sampai 22 tahun, Korfball memberikan kesempatan lebih luas dengan batas usia hingga 30 tahun. Hal ini membuatnya semakin termotivasi untuk terus berkontribusi dalam dunia Korfball, meski tetap berkeinginan melanjutkan karier di basket.
Hillary berharap, ke depannya, Korfball bisa semakin dikenal dan diminati oleh masyarakat, baik di Yogyakarta maupun daerah-daerah lain menurutnya masih belum begitu familiar dengan olahraga tersebut. “Yang penting ada kemauan untuk belajar, tidak harus berasal dari basket, asal mau mencoba,” tutupnya. (***/)